Pendidikan di Singapura (1) Perpustakaan Tak Pernah Sepi

Belum lama ini wartawan Suara Merdeka, Sugiarto mengunjungi Singapura bersama Singapore Tourism Board (STB). Selain ke lembaga pendidikan dan pengelolaan perpustakaan, ia juga mengunjungi berbagai objek wisata. Berikut laporannya.

KEBERHASILAN suatu bangsa, kuncinya ada pada pendidikan; karena hanya dengan pendidikan, bangsa atau negara bisa berkembang seperti yang diinginkan rakyatnya. Dengan kemajuan bangsa tersebut, secara otomatis bakal membawa kesejahteraan rakyatmya.

Oleh karena itu, wajar bila pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Apalagi di era modern seperti sekarang ini, pendidikan menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi rakyat dalam mencapai bangsa yang maju, adil, dan makmur.

Kondisi itu, tampaknya terjadi di Singapura. Sejak ne-gara itu diberi kemerdekaan pada 1965, sudah bertekad bakal membangun negara tersebut dengan lebih menekankan kepada dunia pendidikan.

Berkat kebersamaan rakyat dan para pemimpinnya, Singapura menjadi salah satu ne-gara maju di Asia, khususnya di bidang pendidikan, pariwi-sata, dan sebagai negara transit.

Komitmen negara berpenduduk 4,2 juta jiwa tersebut kepada bidang pendidikan, tidak diragukan lagi. Terbukti, Negara Singa itu kini menjadi salah satu tempat tujuan para mahasiswa dari berbagai negara untuk menimba ilmu.

Para mahasiswa yang belajar di negeri itu, kebanyakan datang dari Vietnam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Brunai, India, dan lain-lain. Hal itu karena Singapura sangat peduli akan kehidupan masyarakatnya. Untuk itu, pendidikan merupakan sarana penting bagi kemajuan negerinya.

Dalam kesehariannya, mereka menggunakan empat bahasa. Bahasa Inggris dan Cina merupakan bahasa pengantar di dunia pendidikan, sementara Bahasa Melayu dan Tamil sebagai bahasa kedua.

Dapat dikatakan, pendidikan di Singapura merupakan salah satu yang dapat dibanggakan di dunia, yang berhasil menyatukan yang terbaik antara barat dan timur. Di negeri itu, para siswa bisa menentukan sendiri pilihannya, baik sekolah lokal maupun internasional.

Menurut Fern Wong Siu Huang, pemandu wisata yang mengantar perjalanan wartawan, didampingi Susan Leen Foon Leng, manager Student Services Departement Education Services Division STB, anak usia enam hingga 11 tahun terdaftar pada sekolah dasar (SD) selama enam tahun.

Dikatakan, anak-anak usia tiga tahun diharuskan mengikuti prataman kanak-kanak, kelompok belajar sambil bermain melatih otak dan refleksibilitas anak.

Setelah itu, di sekolah lanjutan membutuhkan empat sampai lima tahun sebelum meneruskan sekolah yang lebih tinggi.

Dengan demikian, sistem pendidikan di Singapura, jelas Fern Wong Siu Huang, ada empat tingkatan. Yakni, junior college, prauniversitas, politeknik atau Institute of Technical Education (D3), universitas, dan kemudian pascasarjana.

Untuk mempersiapkan diri memasuki kurikulum universitas, calon mahasiswa dapat mengikuti pilihan dua tahun perguruan tinggi atau tiga tahun prauniversitas.

Sadar Baca

Kesadaran warga Singapura yang cukup tinggi, membuat negara tersebut berjalan seperti mesin komputer. Mulai dari lalu lintas sampai pelayanan masyarakat, semua dilayani melalui komputer.

Begitu juga dalam bidang pendidikan, termasuk di dalamnya dalam hal meminjam buku di perpustakaan nasional yang sama sekali tidak dipungut biaya.

Hal itulah, yang membuat semuanya menjadi menarik; mahasiswa di berbagai perguruan tinggi maupun masyarakat Singapura bisa meminjam buku literatur dari berbagai belahan dunia ke Perpustakaan Nasional dengan aman dan nyaman.

Perpustakaan Nasional berlantai 16 itu, mempunyai ribuan koleksi, termasuk media massa terbitan dari berbagai negara.

Yang membuat iri, gedung perpustakaan itu tidak pernah sepi pengunjung. Menurut Juffri Bin Supa'at, petugas Perpustakaan Nasional Singapore, setiap harinya masyarakat yang berkunjung ke perpustakaan itu tidak kurang dari 1.000 orang.

Alasan mereka untuk berkunjung ke perpustakaan itu, selain tempatnya betul-betul nyaman, para pengunjung sama sekali tidak dipungut biaya.

Namun bila ada pengunjung yang ingin membawa pulang buku pinjamannya, diwajibkan mengisi kartu anggota dengan biaya 2,5 dolar Singapura.

Kartu itu berlaku untuk selamanya. Setiap peminjam hanya diperbolehkan membawa pulang empat buku dengan lama peminjaman satu minggu. Sistem peminjamannya menggunakan elektronik.

Apabila ada pengunjung yang berbuat curang, akan didenda dan menjalani hukuman setidak-tidaknya tiga bulan penjara. Kesadaran masyarakat yang cukup tinggi, membuat semua tatanan berjalan lancar dan aman.

''Kami memberi kesempatan kepada masyarakat, untuk menggunakan semua fasilitas yang ada di sini dengan gratis,'' kata Juffri Bin Supa'at, reference liberian dengan didampingi Patricia Tay, senior manager National Library Board. (60a)

sumber SUARA MERDEKA Rabu, 17 Mei 2006

Tidak ada komentar: